Jumat, 03 Februari 2012

NAPAK TILAS KAROMAH SS.YML.AYAHANDA GURU PROF. KADIRUN YAHYA

NAPAK TILAS KAROMAH SS.YML.AYAHHANDA GURU PROF. KADIRUN YAHYA
Menapak Tilas K Haji sayidi Syeikh Kadirun YahyaPendiri dan Rektor Panca Budi yang unik ini adalah seorang yang unik juga. Prof. DR. Haji Sidi Syeikh Kadirun Yahya M.Sc, seorang Naqsyabandiyah yang mempunyai murid banyak di beberapa wilayah Nusantara. (Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsabandiyah di Indonesia, Penerbit Mizan, Bandung, 1996, hal. l48).

Kadirun Yahya lahir tahun 1917 di Pangkalan Brandan, Sumatera Utara. Pada usia muda ia tinggal cukup lama di Pulau Jawa, yaitu Yogyakarta dan Magelang, tempat ia menuntut ilmu pada sekolah Belanda (sekolah Mulo) dan AMS.

Ia pernah lama tinggal bersama keluarga seorang Pendeta Belanda dan sempat menjadi asisten sang Pendeta, malahan beberapa kali menggantikannya dalam tugas menguraikan khutbah di Gereja. Dan ia belajar juga tentang agama, aliran kepercayaan, metafisika dan ilmu ghaib lainnya. (Jawa Tengah, pada dasawarsa 1930 an itu, memang sangat kaya akan aneka aliran mistisisme dan kebatinan, aliran teosofi, yang cukup berpengaruh pada waktu itu).

Setelah selesai belajar di Jawa Tengah, Kadirun mengaku pernah tinggal satu dua tahun di Negeri Belanda dan mempelajari ilmu kimia, tetapi tahun 1941 --Belanda saat itu diduduki Jerman-- ia kembali ke Indonesia dan menetap di Sumatera Utara . (Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsabandiyah di Indonesia, Penerbit Mizan, Bandung, 1996, hal. l50).

Tidak lama setelah pulang ke Sumatera, ia untuk pertama kalinya berhubungan dengan tarekat Naqsyabandiyah. Syeikh Syahbuddin dari Sayur Matinggi (Tapanuli Selatan) mengajarkan dasar-dasar tarekat ini. Pada tahun 1947, Kadirun nikah dengan putri Syeikh Haji Jalaluddin. Melalui mertuanya, yang kediamannya di Bukit Tinggi merupakan tempat pertemuan syeikh-syeikh tarekat, Kadirun akhirnya berkenalan dengan Syeikh yang kelak menjadi guru utamanya, Syeikh Muhammad Hasyim Buayan. (Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsabandiyah di Indonesia, Penerbit Mizan, Bandung, 1996, hal. l48).

Dalam waktu yang singkat, Syeikh Hasyim mengangkat Kadirun menjadi Khalifahnya (tahun 1950) dan dua tahun kemudian menyatakan sebagai Syeikh sepenuhnya dengan gelar "Sidi Syeikh". Bagi para muridnya Syeikh Kadirun adalah ayah dan Syekh Yasin adalah kakek. (Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsabandiyah di Indonesia, Penerbit Mizan, Bandung, 1996, hal. l51).

Tahun-tahun Kadirun mulai muncul sebagai guru muda tarekat Naqsabandiyah, merupakan juga tahun-tahun mertuanya sangat giat mengembangkan organisasi PPTI (Partai Poltik Tarekat Islam, pen.). Syeikh Haji Jalaluddin berusaha mengkoordinasi semua guru tarekat dalam wadah ini, termasuk menantunya, yang memang pernah menjadi anggotanya juga. Tetapi hubungan mertua dan menantu cepat menjadi tegang. Menurut Syeikh Kadirun, konflik sudah mulai terasa sekitar tahun 1950 dan disebabkan oleh karena Syeikh Haji Jalaluddin terlalu terang-terangan mengungkapkan segala seluk beluk tarekat kepada siapa saja. Kemudian belakangan Kadirun menuduh mertuanya bahwa ia tidak pemah menerima ijazah dari Syeikh Ali Ridia seperti diakuinya, melainkan mengambil semua pengetahuannya tentang tarekat dari buku saja.

Sumber konflik lain, tentu saja, adalah ambisi kedua tokoh tarekat ini. Sejak menjadi syeikh pada tahun 1952, Syeikh Kadirun mulai melantik khalifah banyak sekali; dalam rentang lima tahun pertama jumlahnya sudah mencapai tiga puluh, dan kemudian setiap tahun bertambah 5 sampai 20 orang. Dan menurut catatan kaki dalam buku tersebut, tgl 10 Oktober 1975, jumlah khalifah sudah mencapai 195. (Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsabandiyah di Indonesia, Penerbit Mizan, Bandung, 1996, hal. l51).

Kadirun Yahya diangkat oleh Syeikh Hasyim menjadi khalifah Naqsabandiyah tahun 1950. Menjelang Syeikh Hasyim wafat pada tahun 1954 beliau sudah secara diam-diam menurunkan dan mewariskan segala ilmunya kepada Syeikh Kadirun, begitu juga sekalian pusaka yang beliau terima dari Jabal Kubis, Statuten, bendera-bendera kerasulan serta pusaka-pusaka lainnya termasuk cincin kesayangan.

"Akhirnya Syeikh Hasyim wafat, dan keluarga serta murid-muridnya bertangisan. Tetapi lebih kurang empat jam kemudian ia bangun lagi dan menyuruh orang mencari Syeikh Kadirun. Ketika dia datang, sang guru berkata, 'Aku tadi telah meninggal empat jam, tetapi aku permisi pada Tuhan Allah untuk hidup kembali agak sebentar, karena ada lagi yang lupa yang belum aku turunkan pada anak'. Beberapa hari lagi setelah ilmu terakhir ini diturunkan, sang guru berpulang ke rahmatullah." Ini merupakan keanehan ke-6 yang diceriterakan oleh murid-muridnya. (Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsabandiyah di Indonesia, Penerbit Mizan, Bandung, 1996, hal. l54).

Masih pada buku yang sama, halaman 155-156, dikatakan, "Kalimat Allah, yaitu ayat-ayat Al Qur'an, mengandung tenaga tak terhingga, tenaga nuklir pun belum apa-apa dibandingkan dengan tenaga llahi ini. Kebesaran dari pada Kalimat-kalimat Allah itu, untuk menyambut dan menghancurkan sekaligus, akan ancaman-ancaman bahaya maut bagi umat manusia seperti tersebut di atas! Kalau bukit-bukit dapat dilebur oleh ayat Al Hasyr 21. Dan kalau bukit-bukit dapat dibelah dengan ayat Ar Ra'du 31, pasti apa saja bisa dilebur oleh Kalimah-kalimah Allah yang Maha Agung, termasuk senjata-senjata atom dan nuklir dari negara-negara super power, sehingga bahaya 'kalimat' yang didatangkan oleh tenaga atom dan nuklir dapat dimusnahkan sama sekali…"

"Tetapi bagaimana metode untuk mengeluarkan tenaga tak terhingga dari Kalimah Allah?Disini letak rahasia dan kehebatan tarekat dan fungsi kunci seorang guru murysid pembawa wasilah. Caranya kata Prof. Syeikh Kadirun, adalah dengan mempergunakan frekuensi yang dimiliki Rohani Rasulullah yang hidup di sisi Allah. Huwal Awwalu wal Akhiru, frekuensi mana terdapat melalui frekuensi dari pada Rohani para Ahli silsilah termasuk Rohani Mursyid, sehingga dengan memakai frekuensi itu Rohani kita detik itu juga dapat hadir pada Allah SWT dan kemudian baru berdzikir, dengan baru pula menegakkan shalat. Dengan suatu kiasan fisika lainnya, tenaga Allah adalah ibarat listrik, dan wasilah, penghantar atau saluran manusia dan Allah melalui Mursyid dan Silsilahnya, serupa kawat listrik."

Untuk tujuan-tujuan tertentu ia memakai sebuah tongkat seperti tongkat Nabi Musa. Dengan tongkat ini ia dapat langsung memusatkan energi Ilahi ke arah obyek yang ditunjukkannya; ia bisa mematikan yang hidup dan menghidupkan yang mati. Untuk tujuan-tujuan lain, air atau batu krikil kecil yang sudah disalurkan padanya Kalimah Allah dapat dipakai sebagai kondensator yang berisi energi Ilahi yang sama. Tentu saja bukan sembarang yang bisa membuat air Tawajuh atau batu sijil tersebut. Itu hanya dapat dilakukan oleh seorang Syeikh Kamil Mukammil, yang sudah meninggal, yaitu Syeikh yang rohaninya sudah mencapai frekuensi sama dengan frekuensi Nur Muhammad yang ada di sisi Allah SWT.

Air Tawajuh tentu bisa dipakai untuk mengobati segala penyakit. Dan menurut pengakuan umum, pengobatan Syeikh Kadirun cukup berhasil. Tetapi sang Syeikh pernah mengaku memakai air dan krikil untuk tujuan spektakuler. Ketika gunung Galunggung meletus dan menimbulkan banyak kerusakan, tahun 1982, Syeikh Kadirun dimintai tolong untuk mengatasi bencana alam ini. Segenggam batu sijjil yang dilemparkan dari sebuah helikopter ke bawah gunung Galunggung, ternyata cukup untuk menghentikan letusannya. Waktu masih ada pemberontakan komunis di Malaysia, Syeikh Kadirun pernah dimintai tolong oleh Datuk Hamzah Abu Sammah, Menteri pertahanan negara tetangga ini untuk membasminya, setelah segala cara lain gagal. Air dan kerikil yang diisi Kalimatullah, sekali lagi ditebarkan dari udara dengan helikopter, berhasil menumpas gerombolan pemberontak di hutan rimba.

Air tawajuh Syeikh Kadirun pernah pula dipakai dalam perang Irak-Iran: selama beberapa tahun, Duta Besar Irak terus meminta bantuan Syeikh Kadirun, dan pada masa itu pasukan Irak memang maju terus.

Baru setelah Duta Besar Irak tersebut digantikan dengan seorang yang tidak percaya pada hal-hal paranormal, Iran mulai meraih kemenangan. Pembebasan kota Kuds (Yerussalem) yang begitu banyak dibicarakan, sebetulnya merupakan masalah sederhana, asal orang Palestina mau memanggil Syeikh Kadirun dan membiayai jasanya ilmu ini bukanlah barang murahan (Not. Kasus-kasus penerapan energi Kalimah Allah ini diceriterakan kepada penulis buku Tarekat Naqsabandiyah di Indonesia, oleh Syeikh Kadirun sendiri dalam wawancara pada tgl 3-11-1986, lihat catatan kaki no.38, hal.l57). (jaka kelana/ bbs)

Sumber :metro alam gaib

BIOGRAFI PROF.DR.H.S.S. KADIRUN YAHYA

BIOGRAFI PROF.DR.H.S.S. KADIRUN YAHYA



1. Tahun dan Tempat Kelahiran
PROF. DR. H.S.S KADIRUN YAHYA dilahirkan pada tanggal 20 Juni 1917 di Pangkalan Berandan, Sumut, dari Bapak bernama Sutan Sori Alam Harahap seorang pegawai perminyakan (BPM) Pangkalan Berandan yang berasal dari kampung Siharang Karang, Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan dan dari Ibu bernama Siti Dour Siregar, Beliau dilahirkan dari keluarga Islamis religius, nenek beliau dari pihak ayahanda dan nenek beliau dari pihak Ibunda adalah 2(dua) orang Syekh Tarekat, yaitu Syekh Yahya dari pihak Ayah dan Syekh Abdul Manan dari pihak Ibu, Keluarga, ini selalu dikunjungi oleh para Syekh pada zaman dahulu.

 2. Pendidikan 

Secara kronologis pendidikan yang ditempuh oleh PROF. DR. H.S.S KADIRUN YAHYA adalah :
HIS Negeri 1924 – 1931 (tamat)
MULO – B Negeri 1931 – 1935 ( tamat dengan voorklasse)
AMS-B Negeri 1935 – 1938 ( tamat dengan beasiswa)
Kuliah Ilmu Ketabiban 1938-1940 (memutar haluan ke nomor 5)
Kuliah Ilmu Jiwa Amsterdam 1940 – 1942 (tamat) Masa perang Dai Toa, pendidikan terhenti.
Kuliah Agama Islam (bagian tasawuf/Sufi) selama 7 tahun : 1947 – 1954, mendapat tiga buah ijazah.
Kuliah Indologie dan Bahasa Inggris 2 tahun, 1951-1953.
M.O Bahasa Inggris 1e gedeelte tahun 1953, Bandung.
Lulus ujian Sarjana Lengkap (Drs) dalam Ilmu Filsafat Kerohanian dan Metafisika, tahun 1962 (sebagai lanjutan nomor 5-6-7).
Doktor dalam Ilmu Filsafat ( Kerohanian dan metafisika tahun 1968 (sebagai lanjutan dari nomor :9)
Lulus ujian Sarjana Lengkap (Drs) dalam Ilmu Fisika – Kimia tahun 1973.
Lulus ujian Sarjana Lengkap (Drs) dalam bahasa Inggris tahun 1975 ( sebagai lanjutan nomor : 7-8)

  Berbekal pendidikan tersebut diatas, beliau dikaruniai Tuhan 3 (tiga) macam keahlian :
1. Ilmu Fisika – Kimia
  (mengajar ilmu ilmu ini selama kurang lebih 20 tahun)
2. Bahasa Inggris dan Bahasa Jerman serta Bahasa Belanda.
  (mengajar ilmu – ilmu ini selama kurang lebih 15 tahun)
3. Ilmu Filsafat kerohanian dan metafisika/agama islam bagian tasawuf dan tarekat.
  (mengajar dan mempraktekkannya selama 46 tahun, sejak 1950 sehingga tahun 1996), Secara garis besarnya dipraktekkan dalam 4 bagian :
  1. Mengajarkan Agama Islam bagian tasawuf dan tarekat serta memimpin iktikaf/suluk berdasarkan metode Tarikat Naqsyahbandiyah.
  2. Membantu ilmu ketabiban/kedokteran antara lain terhadap penyakit “lever abscess”, “Lung abscess”,Narkotika, Kanker kulit, Kanker Payudara, Hemarrhoide(wasir), jantung, tumor, batu empedu, pankreas, dan lever, prostad, AIDS, mentruasi bulanan yang tidak pernah berhenti selama 8 tahun, dan berbagai penyakit aneh serta ganjil yang tidak dapat disembuhkan secara medis sebab mengandung unsur ghaib dan lain lain.
  3. Pembinaan kerohanian bagi masyarakat dan generasi muda yang “sesat jalan”, putus sekolah, kecanduan narkotika dan minuman keras, kenakalan remaja dan memberikan kepada mereka pendidikan formal/informal.
  4. Bidang bidang lainnya meliputi ketatanegaraan, menumpas Atheisme/komunisme, kemasyarakatan dan lain lain.


PROF. DR. H.S.S KADIRUN YAHYA selalu mendapat kunjungan yang tidak putus-putusnya dari insan – insan yang berdatangan dari segenap pelosok Indonesia dan Luar negeri, antara lain Malaysia, Thailand, Amerika, Belanda, India, Saudi Arabia, dan lain lain, Atas kurnia Allah SWT tersebut beliau bersyukur tiada hingganya.

3. PEKERJAANa. Sebelum 17 Agustus 1945.
 Guru Sekolah Muhammadiyah di Tapanuli Selatan 1942 -1945
b. Sesudah 17 Agustus 1945
 
1 Kepala Industri perang merangkap guru bahasa Panglima sumatera ( Mayjend. Suharjo Hardjowardoyo) dengan pangkat kolonel Inf. Di Komandemen Sumatera Bukit Tinggi 1946-1950.
  2 Staf Pengajar SPMA Negeri Padang Tahun 1950 – 1955
  3 Staf Pengajar SPMA Negeri Medan, 1955 – 1961, dan kemudian pindah menjadi staf pada departemen Pertanian (Deptan) Jakarta tahun 1961 – 1968.
  4 Ketua Umum Yayasan PROF. DR. H.S.S KADIRUN YAHYA, Tahun 1956 – 2001.
  5 Guru Besar, USU, UNPAD, UNU, UNPAB, Universitas Prof. Dr. Mustopo, SEKOAD, UMSU/AFHIM, tahun 1960 – 1978.
  6 Rektor Universitas Pembangunan Panca Budi/Perguruan Panca Budi, Tahun 1961-1998.
  7 Aspri Panglima Mandala I Sumatera, sebagai Kolonel Aktif pada masa Dwikora dibawah pimpinan Letjend. A.Yunus Mokoginta, tahun 1964-1965.
  8 Aspri Panglima Mandala I Sumatera, sebagai Kolonel Aktif pada Penumpasan G.30S/PKI      dibawah pimpinan Letjend. A.Yunus Mokoginta, tahun 1965-1967.
  9 Anggota Dewan Curator Seksi Ilmiah Universitas Negeri Sumatera Utara, tahun 1965-1970.
  10 Pembantu Khusus/Kolonel Aktif Dirbinum Hankam, dibawah pimpinan Letjend.R. Sugandhy, Tahun 1967 – 1968.
  11 Rektor Post Graduate Studies Jakarta (yang pertama di RI), tahun 1968 – 1971.
  12 Diperbantukan dari Deptan ke Penasehat Ahli Menko Kesra, tahun 1968 – 1974.
  13 Penasehat Pribadi Free Lance Menteri Pertahanan Malaysia, Tahun 1974 – 1975.
  14 Penasehat ahli Menko Kesra, tahun 1986 – 1998.
  15 Penasehat ahli/Konsultan Direktorat Litbang Mabes Polri Jakarta tahun 1990 – 2001.
  16 Anggota MPR RI, Tahun 1993-1998.


4. ORGANISASI
Anggota Sarjana Veteran
Ketua Umum Yayasan PROF. DR. H.S.S KADIRUN YAHYA, tahun 1956 – 1998.
Ketua Umum Islamic Phylosophical Institute (non politik) dalam dan luar negeri, tahun 1960 – 1972.
Anggota Presidium Seksi Ilmiah merangkap ketua Cabang Sumut Team Konsultasi Penganut Agama Seluruh Indonesia, tahun 1962-1972.
Penasehat umum Yayasan Baitul Amin, Jakarta tahun 1963 – 2001.
Anggota K.I.A.A Jakarta, tahun 1964.
Penasehat Yayasan Hutapungkut ( Ketua : H. Adam Malik ), tahun 1965 – 1978.
Anggota World Organization Religion and Science, tahun 1969 – 1970.
Sponsor/Anggota Golongan Karya, Tahun 1970 – 1998.
Anggota Asean Law & Association, tahun 1984 – 2001
Ketua Majelis Pertimbangan Daerah Persatuan Tarbiyah Islamiyah Sumatera Utara, tahun 1986 – 2001.
Anggota Dewan Pembina / Kehormatan Badan Musyawarah Masyarakat Minang Sumatera Utara, tahun 1987 – 1990.
Anggota Dewan Pembina Pusat Persatuan Tarbiyah Islamiyah/Golkar, tahun 1989 – 2001.
Penasehat Gerakan Seribu Minang (Gebu Minang), tahun 1989 – 2001.
Anggota Dewan Penasehat Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI), tahun 1991 – 2001.

5. SEJARAH BERGURU
 
PROF. DR. H.S.S KADIRUN YAHYA, mengenal tarekat tahun 1943 – 1946 melalui seorang khalifah dari Syekh Syahbudin Aek Libung (Tapanuli Selatan) pada waktu itu masa pergolakan (penjajahan Jepang) dan beliau belum terlalu mendalami tarekat.

Pada tahun 1947 PROF. DR. H.S.S KADIRUN YAHYA, hadir dirumah murid Saidi Syekh M. Hasyim Buayan di Bukit Tinggi (sumatera barat), yang pada waktu itu akan dimulai pelaksanaan tawajuh yang dipimpin oleh Syaidi Syekh M. Hasyim Buayan. Saidi Syekh Buayan sangat disiplin dalam melaksanakan ketentuan tawajuh, dan karenanya siapa saja yang belum ikut tarekat disuruh keluar. Tetapi pada waktu tawajuh hendakk dilaksanakan, Saidi Syekh M. Hasyim Buayan melihat PROF. DR. H.S.S KADIRUN YAHYA, dan membolehkan beliau ikut tawajuh dengan diajarkan kaifiat singkat oleh khalifahnya pada saat itu juga. Ini merupakan peristiwa yang langka terjadi pada murid Tarekat Naqsyabandiyah seperti yang terjadi atas diri PROF. DR. H.S.S KADIRUN YAHYA, yaitu belum memasuki tarekat tetapi sudah mengikuti tawajuh.

Peristiwa langka lainnya dialami PROF. DR. H.S.S KADIRUN YAHYA, adalah pada tahun 1949 (saat agresi belanda) beliau mengungsi di pedalaman Tanjung Alam Batu Sangkar Sumatera Barat, Disini beliau mencara sebuah ,mesjid/surau, lalu shalat dan beramal.berzikir berjam jam, berhari – hari. Pada suatu hari datanglah ke Mesjid tersebut sekelompok orang dengan maksud melaksanakan I’tikaf/suluk, yang dipimpin oleh seorang khalifah dari seorang Syekh termashyur dinegeri tersebut yaitu Syekh Abdul Majid Tanjung Alam, Khalifah dari Syekh Abdul Majid meminta agar PROF. DR. H.S.S KADIRUN YAHYA, memimpin suluk tersebut.
Pada mulanya PROF. DR. H.S.S KADIRUN YAHYA, menolak, tetapi setelah berkonsultasi selanjutnya beliau bersedia, dengan syarat ada izin dari Saidi Syekh Muhammad Hasyim Buayan. Lalu Khalifah tersebut secara batin minta izin dulu pada Saidi Syekh M. Hasyim Buayan, setelah ada izin barulah PROF. DR. H.S.S KADIRUN YAHYA, memimpin suluk tersebut. PROF. DR. H.S.S KADIRUN YAHYA, belum pernah suluk, tetapi sudah mensulukkan orang.

Setelah kejadian itu, PROF. DR. H.S.S KADIRUN YAHYA, menemui Syekh Abdul Majid Tanjung Alam untuk minta suluk, kemudian mereka melaksanakan suluk bersama, setelah suluk berakhir, PROF. DR. H.S.S KADIRUN YAHYA, dianugerahi 1 (satu) ijazah yang isinya sangat memberikan kemulian pada PROF. DR. H.S.S KADIRUN YAHYA, sebagai seorang yang masih muda dan tidak memiliki apa – apa merasa tidak berhak menerima kemuliaan itu, tetapi Syekh Abdul Majid Tanjung Alam mengatakan bahwa hal itu telah digariskan dari atas, apalagi guru beliau pernah berkata bahwa ia akan memberikan ijazah kepada seorang yang dicerdikkan Allah SWT.

Menurut menantu/wakil/penjaga suluk yaitu khalifah H. Imam Ramali, Syekh Abdul Majid Tanjung Alam pernah berkata bahwa PROF. DR. H.S.S KADIRUN YAHYA, adalah orang yang benar benar mampu melaksanakan suluk dan akan dikenal diseluruh dunia sebagai pembawa tarekat Naqsyabandiyah.

Selanjutnya PROF. DR. H.S.S KADIRUN YAHYA, kembali menjumpai Saidi Syekh M. Hasyim Buayan untuk mempertanggung jawabkan kegiatan beliau yang “di luar prosedur” tersebut dan sekaligus memohon suluk. Hal ini diperkenankan oleh Saidi Syekh M. Hasyim Buayan dengan langsung membuka suluk.

PROF. DR. H.S.S KADIRUN YAHYA, sangat erat hatinya dengan guru beliau (Saidi Syekh M.Hasyim Buayan). Selama guru beliau hidup setiap minggu beliau ziarah kepadanya (tahun 1950 – 1954 ). Setelah beliau wafat, ziarah tetap dilanjutkan antara 1(satu) sampai dengan 3(tiga) kali dalam setahun. Penilaian Saidi Syekh M. Hasyim Buayan tentang PROF. DR. H.S.S KADIRUN YAHYA, ialah :
PROF. DR. H.S.S KADIRUN YAHYA, mendapatkan pujian tinggi antara lain dari segi ketakwaan, kualitas pribadi dan kemampuan melaksanakan suluk sesuai dengan ketentuan akidah dan syariat Islam.
PROF. DR. H.S.S KADIRUN YAHYA, adalah satu satunya murid yang diangkat menjadi Saidi Syekh oleh gurunya di makam moyang guru di Hutapungkut dan di umumkan keseluruh Negeri.
Dalam Ijazah beliau dicantumkan kata kata, “ Guru dari orang – orang cerdik pandai, Ahli mengobat, yang baru beberapa puluh tahun kemudian terbukti kebenarannya.
PROF. DR. H.S.S KADIRUN YAHYA, diberi izin untuk melaksanakan dan menyesuaikan segala ketentuan Tarekat Naqsyabandiyah dengan kondisi zaman, sebab semua hakikat ilmu telah dilimpahkan gurunya pada beliau.
PROF. DR. H.S.S KADIRUN YAHYA, adalah orang yang benar – benar mampu melaksanakan suluk sesuai dengan pesan guru beliau yang disampaikan kepada menantu/penjaga suluk/khalifah Anwar Rangkayo Sati.

Sebagaimana pada awalnya begitu pulalah pada akhirnya, begitulah pada suatu saat kemudian Tarekat Naqsyabandiyah dipaparkan secara keseluruhan oleh Syekh Syahbuddin Sayur Matinggi kepada PROF. DR. H.S.S KADIRUN YAHYA, Syekh Sayur Matinggi pernah berkata kepada anak kandung beliau yang menjaga suluk yaitu Syekh Husin, bahwa yang benar benar dapat menegakkan Suluk adalah PROF. DR. H.S.S KADIRUN YAHYA,

Pada tahun 1971, PROF. DR. H.S.S KADIRUN YAHYA, bertemu dengan Syekh Moh. Said Bonjol, Setelah Tawajuh, Syekh Moh. Said Bonjol memutuskan untuk memberikan sebuah Mahkota yang dititipkan guru beliau kepadanya, dengan pesan agar diberikan kepada seseorang yang pantas, Puluhan tahun berlalu, barulah “ Orang yang pantas” tersebut ditemukan oleh beliau yaitu: PROF. DR. H.S.S KADIRUN YAHYA, Bersamaan dengan penyerahan mahkota itu terjadi hujan rintik – rintik yang disertai petir tunggal menggelegar dan gempa bumi, Peristiwa ini lazim terjadi setiap kali ada timbang terima amanah besar.

Imam Thariqah Maulana Syaikh Bahauddin Naqsyabandy

Imam ut Thariqah
Maulana Syaikh Bahauddin Naqsyaband

Maulana Syaikh Nazim berkata tentang Maulana Syaikh Bahauddin Naqsyaband (ral),

Maulana Syaikh Naqsyaband, Imam ut Thariqah adalah Pir. Pir berarti Imam. Imam berarti Tiang. Dia adalah Tiang utama Tarekat kita. Semoga Allah memberkati Beliau dan memberkati kita semua di dunia ini dan akhirat kelak. Maulana Syaikh Naqsyaband berkata " Thariqathun isthufal khalqa jamii-an". Kita mencoba mengikut dan menjadi pengikut. Ini adalah cara yang mudah dan enak untuk menuju kekuatan.

Ada suatu mesin yang bekerja di depan rangkaian kereta api. Semua kerja yang berat dikerjakan oleh mesin itu. Dibelakang mesin itu ada beberapa gerbong yang bergabung bersama gerbong lainnya membentuk suatu rangkaian, tapi kekuatan utama berasal dari mesin itu, yaitu mesin yang berada didepan dalam rangkaian kereta api. Karena gerbong yang lain bergabung dengan mesin itu, mereka bergerak sesuai dengan arah dari mesin itu. Kemana saja mesin itu menuju rangkaian gerbong itu mengikuti. Walaupun rangkaian gerbong atau pengikut tidak punya kekuatan sendiri, tapi kemanapun mesin mengarah, mereka dapat menuju kesana juga. Mereka bisa juga berjalan menuju tempat tujuan mesin itu.

Karena itu, setiap Tarekat memiliki seorang Imam Tarekat. Imam-ut-Thariqah (Imam Tarekat) telah dikaruniai kekuatan untuk membawa kita dari asfala safiliina ilaa alaa illiyyiin, dari tingkatan terendah ke tingkatan tertinggi. Kalau hanya mengandalkan kemampuan diri kita sendiri mustahil kita bisa mencapainya. Anda tidak akan bisa terbang tanpa naik pesawat udara. Dengan menumpang pesawat udara Anda bisa menempuh perjalanan bahkan dari satu benua ke benua lainnya. Karena itu, Anda harus menggunakan sarana (tarekat) ini untuk beranjak dari maqam terendah Anda hingga ke maqam tertinggi yang mungkin dicapai.

Maulana Syaikh Bahauddin Naqsyaband (ral) lahir di desa Qasr al-Arifan dekat Bukhara pada tahun 711 H/1317 M. Beliau dikabarkan telah menunjukkan berbagai keajaiban yang luar biasa sejak masa kecilnya. Ketika Beliau masih muda, Muhammad Baba as Samasi, seorang Syaikh dari Tarekat Naqsyabandi memintanya datang dan untuk memenuhi permintaan ini Maulana Syaikh Bahauddin Naqsyaband berangkat ke kota Samas untuk berkhidmat kepada Maulana Syaikh Muhammad Baba as Samasi. Tentang kehidupan Beliau dalam periode ini Maulana Syaikh Bahauddin (ral), mengisahkan:

Bangun dari tidur setidaknya tiga jam sebelum subuh aku mengerjakan rangkaian shalat sunah dan setelah itu ketika dalam keadaan sujud aku memohon kepada Allah Yang Maha Kuasa untuk memberiku kekuatan untuk memikul Cinta Ilahiah Nya. Kemudian aku shalat subuh bersama Syaikh ku. Kelihatannya Syaikh mengetahui apa yang kuminta dalam sujudku, karena Beliau mengatakan kepadaku: Kamu harus mengubah apa yang kau minta dalam sujudmu, karena Allah Yang Maha Kuasa tidak suka hambaNya meminta kesukaran. Memang Dia memberi beberapa kesulitan kepada mahlukNya untuk menguji mereka. Hal ini berbeda. Seorang hamba tidaklah boleh meminta untuk diberi kesulitan-kesulitan karena hal ini tidak menunjukkan penghormatan kepada Allah. Karena itu ubahlah permohonan dalam sujudmu dengan berdoa "untuk hambaMu yang lemah ini wahai Tuhanku, karuniakanlah ridhoMu".

"Sepeninggal Syaikh Muhammad Baba Samasi aku pergi ke Bukhara dan menikah disana. Aku tinggal di Qasr al-Arifan dekat tempat tinggal Syaikh Sayyid Amir Kulal dalam rangka berkhidmat kepada Beliau". Menurut riwayat lama sebelumnya Syaikh Baba Samasi telah mengatakan kepada Sayyid Amir Kulal untuk mengasuh Maulana Syaikh Bahauddin Naqsyaband.

Maulana Syaikh Bahauddin (ral) mengisahkan pengalamannya. "Suatu ketika aku sedang melakukan khalwat bersama seorang kawan ketika tiba-tiba surga dan suatu pemandangan yang luar biasa ditampakkan didepanku. Dalam visi itu kudengar suara berkata "Tinggalkan semuanya dan datanglah ke Hadirat Kami sendirian". Aku mulai gemetar dan lari meninggalkan tempat khalwat ke suatu tempat yang ada sungainya dan melompat ke dalam sungai itu. Aku mencuci pakaianku lalu shalat dua rakaat dengan cara yang aku belum pernah melakukan sebelumnya karena aku merasakan sedang shalat dihadapan Hadirat Ilahi. Terjadi Penyingkapan ( futuh) di hatiku dan itu merupakan pembuka atas segala sesuatu. Seluruh alam semesta lenyap dan aku tidak sadar akan apapun selain sedang shalat dihadapan Hadirat Ilahi".

Ada riwayat luar biasa lainnya yang dikisahkan Wali Agung Maulana Syaikh Bahauddin Naqsyaband (ral). Beliau bercerita "Pada tahap awal dari keadaan kertertarikanku aku ditanya mengapa aku menempuh jalan ini. Kujawab supaya aku mendapat kekuatan sehingga apapun yang kukatakan dan kuinginkan akan terwujud. Dijawab bahwa tidak bisa seperti itu, karena sesungguhnya apa yang Kami sabdakan dan yang Kami kehendaki adalah yang akan terjadi. Kujawab lagi bahwa aku tidak setuju dengan hal itu. Aku harus mampu berkata dan berbuat apapun yang kuinginkan, jika hal ini tidak bisa kudapat maka kenapa aku harus menempuh jalan ini? Lalu kuterima jawaban: tidak, sesungguhnya apapun yang Kami kehendaki Kami sabdakan dan apapun yang Kami kehendaki akan terwujud. Kujawab lagi apapun yang kukatakan dan kulakukan adalah jalan yang kutempuh. Setelah itu aku ditinggalkan sendirian.

Selama lima belas hari aku sendirian. Hal ini membuatku tenggelam dalam depresi yang mendalam. Lalu tiba-tiba saja terdengar suara "Wahai Bahauddin seperti yang kau inginkan maka Kami mengaruniaimu apapun yang kau inginkan". Aku memohon agar diberi jalan yang bisa langsung menuju Hadirat Ilahi. Lalu aku mengalami visi yang luar biasa dan mendengar suara yang mengatakan bahwa aku telah dikarunia apa yang kuminta".

Kisah ini luar biasa karena biasanya orang patuh pada Perintah Ilahi dan tidak meminta pemenuhan keinginan mereka sendiri. Biasanya tindakan menolak untuk mematuhi Perintah Ilahi dan memaksa untuk mendapatkan apa yang diingini akan dianggap tidak adab. Walaupun pada awalnya ditolak, permohonan Maulana Syaikh Bahauddin (ral) akhirnya dikabulkan. Permohonannya dikabulkan mungkin karena Beliau memohon untuk kemaslahatan orang banyak dan bukan untuk kepentingan diri sendiri.

Ada kisah lain yang tak kalah menariknya kala Maulana Syaikh Bahauddin Naqsyaband (ral) diuji oleh Syaikh nya. Ini sungguh ujian yang berat. Maulana Syaikh Bahauddin Naqsyaband (ral) menuturkan kejadian ini. "Suatu ketika aku berada dalam tarikan Ilahiah yang begitu kuat sehingga aku tidak sadar akan diriku dan berjalan tanpa menyadari apa yang kulakukan. Ketika malam tiba kulihat kedua kakiku berdarah akibat luka sobek dan tertusuk duri. Lalu kurasakan bahwa aku harus pergi ke rumah Syaikh ku, Sayyid Amir Kulal. Malam itu terasa sangat dingin dan gelap tanpa ada bulan dan bintang sama sekali. Untuk melawan dinginnya malam aku hanya mengenakan jubah tua terbuat dari kulit. Ketika sampai di rumah Syaikh ku, kulihat Beliau sedang bersama teman-teman dan para pengikut Beliau. Ketika Syaikh melihatku Beliau memerintahkan pengikutnya untuk mengusirku keluar dari rumah. Syaikh ku tidak suka aku berada di dalam rumahnya. Pengikut Syaikh mendatangiku dan membawaku keluar dari rumah. Aku tidak terima diperlakukan seperti ini.

Terasa egoku akan mengalahkanku dan mengambil alih kendali perasaanku dengan mencoba meracuniku dengan menggoyah keyakinanku yang tulus pada Syaikh ku. Bagaimana aku bisa menanggung malu dan rasa terhina seperti ini? Lalu Rahmat Ilahi datang kepadaku sehingga aku mampu menanggung ini semata-mata hanya demi Allah dan demi Syaikh ku. Dengan tegas kukatakan pada egoku bahwa aku tidak akan membiarkan egoku membuatku kehilangan cinta dan keyakinanku pada Syaikh ku.

Lalu kurasakan depresi yang mendalam melandaku. Langsung kuarahkan diriku pada keadaan kerendahan hati, meletakkan kepalaku didepan pintu masuk rumah Syaikh dan berjanji bahwa aku tidak akan bergerak dari keadaan seperti itu sampai Beliau menerimaku lagi. Terasa salju dan angin dingin menyusup tulang yang membuatku menggigil dan gemetar menahan dinginnya malam yang kelam. Bahkan tak tampak cahaya bulan dan bintang sedikitpun pun untuk membuatku sedikit nyaman dan hangat. Tubuhku nyaris membeku. Hanya hangatnya cinta kepada Allah Yang Maha Kuasa dan kepada Syaikh ku saja yang menghangatkanku.

Aku menanti dengan tetap dalam keadaaan seperti itu hingga pagi hari. Lalu Syaikh ku melangkah keluar rumah dan tanpa melihatku kakinya menginjak kepalaku. Ketika Syaikh melihatku, dengan cepat dibawanya aku masuk ke dalam rumahnya dan dengan telaten serta penuh perhatian Beliau mencabuti duri dari kakiku. Beliau berkata "Wahai anakku, hari ini kau telah dihiasi dengan busana kebahagiaan dan Cinta Ilahi. Busana yang menghiasimu ini belum pernah dikenakan oleh siapapun, baik diriku maupun Syaikh-syaikh sebelumku. Allah dan Nabi Muhammad (sal) telah ridho kepadamu. Demikian juga Para Auliya dalam silsilah Rantai Emas, mereka semua telah ridho kepadamu".

Sambil mencabuti duri-duri dari kakiku dan membasuh luka di kakiku, Syaikh ku menuangkan kedalam hatiku pengetahuan yang belum pernah kualami sebelumnya. Lalu dalam visiku kulihat diriku memasuki rahasia dari Muhammadur RasuluLlah. Ini berarti memasuki rahasia dari ayat yang merupakan Realitas Muhammad. Setelah itu membawaku memasuki rahasia dari la ilaha illaLlah yang merupakan rahasia dari Keesaan Allah. Kemudian membawaku memasuki rahasia-rahasia dari nama-nama dan sifat-sifat Allah Yang Maha Kuasa yang berada dalam rahasia dari Keesaan Allah. Tidak mungkin kata-kata bisa menerangkan keadaan yang kualami ini. Hal ini hanya bisa dialami dengan merasakannya melalui qalbu".

Maulana Syaikh Bahauddin Naqsyaband (ral) dididik oleh Syaikh Baba as Samasi dan Syaikh Sayyid Amir Kulal, keduanya merupakan figur Syaikh terkemuka dari Rantai Emas Tarekat Naqsyabandi. Beliau juga dididik langsung oleh Grand Syaikh terkemuka lainnya dari Rantai Emas yang sama (yang hidup tidak sejaman dengan mereka). Kejadian ini dikisahkan oleh Maulana Syaikh Bahauddin Naqsyaband dalam tuturan berikut: Pada awal mula langkahku menempuh Jalan Sufi aku biasa berjalan-jalan dimalam hari dari satu tempat ke tempat lain di desa Bukhara. Untuk belajar dari mereka yang sudah meninggal dunia aku banyak mengunjungi kuburan di kegelapan malam dan ini biasanya juga kulakukan di musim dingin. Suatu malam aku pergi mengunjungi makam dari Syaikh Ahmad al Kashghari dan membaca fatihah untuk Beliau. Di makam Beliau kutemui dua orang yang sedang menantiku. Aku belum pernah bertemu mereka sebelumnya. Mereka disertai seekor kuda. Mereka mendudukanku diatas pelana kuda itu dan mengikatkan dua buah pedang di pinggangku, lalu menuntun kuda ke makam dari Syaikh Mazdakhin. Kami lalu turun dari kuda dan memasuki makam dan mesjid dari Syaikh ini dan mulai melakukan meditasi (murakabah).

Dalam keadaan murakabah kulihat dalam dalam visiku tembok yang menghadap Ka'bah runtuh. Seorang laki-laki bertubuh raksasa kulihat sedang duduk diatas singgasana yang sangat besar. Aku merasa sangat familiar dengannya, sepertinya aku telah pernah bertemu dengannya sebelumnya. Kemanapun aku menghadapkan wajah kulihat orang ini. Disekeliling orang ini ada Syaikh Baba Samasi and Sayyid Amir Kulal berkumpul bersama dengan sekelompok besar orang yang hadir. Aku merasakan rasa cinta yang mendalam kepada laki-laki bertubuh besar ini dan pada saat bersamaan merasa takut padanya. Sosoknya memesona sekaligus menakutkanku dan keindahannya penampilannya menimbulkan rasa cinta dan ketertarikan. Aku bertanya pada diriku sendiri siapa sebenarnya lelaki agung dan bertubuh besar ini. Tiba-tiba kudengar seseorang yang berada disekitar lelaki itu berkata "Orang ini adalah Syaikh mu dan dialah yang menjagamu dalam jalur spiritualmu. Dia mengawasi jiwamu sejak masih berupa sebuah atom di Hadirat Ilahi. Kau telah dilatihnya selama ini. Namanya adalah Abdul Khaliq Al Gujduwani dan kumpulan orang yang terlihat disekelilingnya adalah para Auliya yang membawa rahasia-rahasia besarnya, rahasia-rahasia dari Rantai Emas". Lalu Syaikh Abdul Khalik mulai menunjuk masing-masing Syaikh yang ada disitu dan berkata "Ini adalah Syaikh Ahmad, ini Arif ar-Riwakri, ini Syaikh Ali ar-Ramitani, ini Syaikh mu Baba as Samasi yang memberimu jubah semasa hidupnya". Dia bertanya padaku "Apakah kau mengenalnya? ". Kujawab "Ya". Lalu Beliau berkata "Jubah yang diberikannya kepadamu masih berada dirumahmu dan dengan perkenan Syaikh mu maka Allah Yang Maha Kuasa telah menghapus banyak kesulitan-kesulitan yang semestinya menimpamu".

Lalu terdengar suara lain yang berkata "Syaikh yang duduk diatas yang singgasana itu akan mengajarimu sesuatu yang kau butuhkan dalam menempuh jalan sufi ini". Aku bertanya kepada mereka apakah aku diperbolehkan menyentuh tangan Beliau. Setelah diijinkan aku memegang tangan Beliau. Lalu Syaikh Abdul Khaliq Al Gujduwani mulai mengajariku tentang jalan sufi, permulaannya, pertengahan dan akhirnya. Beliau berkata "Kau harus menyesuaikan sumbu hakikat dirimu sehingga cahaya yang tak kasat mata akan diperkuat didalam dirimu dan rahasia-rahasianya menampak. Kau harus menunjukkan istiqomah dan harus menjaga Syariah Suci dari Nabi Muhammad (sal) pada apapun keadaanmu".

Beliau juga berkata "Kau harus meninggalkan kesenangan hidup duniawi dan menjauhi perbuatan bid'ah dan pusatkan dirimu hanya pada sunah-sunah Nabi Muhammad (sal). Kau harus menghayati dan menyelami peri kehidupan Nabi Muhammad (sal) dan para sahabatnya. Kau harus mengajak orang untuk membaca dan mengikuti tuntunan Qur'an baik siang maupun malam dan menegakkan shalat wajib serta semua ibadah sunah. Jangan sekali-kali memandang rendah bahkan pada hal-hal kecil dari perbuatan dan amal shalih Nabi Muhammad".

Begitu Syaikh Abdul Khaliq al-Ghujduwani (ral) menyelesaikan ucapannya, wakil Beliau berkata padaku "Agar kau yakin bahwa visi yang kau lihat ini benar adanya Beliau akan mengirimu suatu pertanda". Dijelaskan bahwa hal-hal dan kejadian-kejadian tertentu akan terjadi sebagaimana mustinya terjadi dan pada saat yang telah ditentukan. Demikianlah kejadian-kejadian itu terjadi persis sebagaimana telah dikatakan kepada Maulana Syaikh Bahauddin (ral) yang kemudian juga berbuat persis sebagaimana Beliau diperintahkan, hal ini membuktikan kebenaran visi yang dialami Maulana Syaikh Bahauddin (ral). Beliau juga diminta untuk memberikan jubah Azizan kepada Sayyid Amir Kulal (ral). "Setelah visi itu berakhir aku pulang kerumah dan mencari jubah itu dan bertanya kepada keluargaku dimana adanya jubah itu. Mereka mengatakan kepadaku bahwa jubah itu sudah berada disana sejak lama, sambil membawa jubah itu dan menyerahkannya kepadaku. Aku mulai menangis didalam hati ketika melihat jubah itu".

Setelah memenuhi segala hal yang dikatakan dalam visiku, sebagaimana diperintahkan aku membawa jubah Azizan ke Syaikh Sayyid Amir Kulal (ral) dan memberikan padanya. Setelah terdiam beberapa saat Syaikh Amir Kulal berkata padaku "Aku diberitahu tentang jubah Azizan ini semalam yaitu bahwa kamu akan membawa dan menyerahkannya padaku. Aku diperintahkan untuk menyimpannya dalam sepuluh lapis selubung yang berbeda". Beliau lalu memintaku masuk ke dalam kamarnya dan mengajarkan serta menempatkan didalam hatiku zikir tanpa bersuara. Aku diminta untuk terus menerus berzikir seperti itu siang dan malam. Aku terus mengamalkan zikir ini yang merupakan bentuk tertinggi dari zikir.

Aku juga berguru kepada ulama-ulama lain untuk belajar Syariah dan sunah-sunah Nabi Muhammad (sal) dan juga mengkaji sifat-sifat Nabi Muhammad (sal) dan para sahabatnya. Sejak aku melaksanakan apa-apa yang diperintahkan dalam visiku, hidupku mengalami perubahan besar. Semua yang diajarkan oleh Syaikh Abdul Khaliq Al Gujduwani (ral) dalam visi itu bermanfaat bagiku dan membuahkan hasil. Ruh Beliau selalu menyertaiku dan mendidikku. Syaikh Abdul Khaliq Al Gujduwani (ral) adalah salah satu dari beberapa Guru/Syaikh dari Maulana Syaikh Bahauddin Naqsyaband (ral) walaupun Syaikh Abdul Khaliq Al Gujduwani (ral) hidup dimasa sebelum jaman Maulana Syaikh Naqsyaband (ral). Hubungan ini dalam dunia sufi dikenal sebagai Hubungan Uwaisy, yang berarti bimbingan dan hubungan spiritual terjadi walaupun masing-masing berasal dari jaman yang berbeda. Syaikh Abdul Khaliq Al Gujduwani (ral) juga merupakan salah satu Syaikh dari Rantai Emas Tarekat Naqsyabandi.

Maulana Syaikh Bahauddin Naqsyaband (ral) juga mengikuti dan belajar pada Mawlana Arif ad-Din Karani selama tujuh tahun. Setelah itu Beliau mengikuti Maulana Kuthum Syaikh selama beberapa tahun. Beliau juga menyertai seorang darwis bernama Khalil Ghirani yang tentangnya Beliau berkata "Selama menyertai Syaikh Khalil Ghirani banyak pengetahuan baru yang selama ini tersembunyi mulai tersingkap di hatiku dan Beliau selalu menjagaku, memujiku dan mengangkat derajatku". Ada Kekasih Allah lainnya yang disebut oleh Maulana Syaikh Bahauddin Naqsyaband (ral) "Beliau memerintahkanku untuk menolong dan melayani orang miskin dan menolong mereka yang sedang hancur hatinya. Beliau memintaku untuk rendah hati dan bersikap toleran. Beliau juga mengatakan padaku untuk menyayangi hewan-hewan dan menyembuhkan sakit dan luka mereka dan memberi mereka makanan".

Maulana Syaikh Bahauddin Naqshband (ral) mengisahkan tentang kejadian lain yang masih berhubungan dengan jubah Azizan. "Suatu hari aku sedang berada di kebunku dan dikelilingi oleh murid-muridku. Aku mengenakan jubah Azizan. Tiba-tiba aku diliputi oleh rahmat dan tarikan surgawi dan kurasakan diriku dihiasi dengan busana sifat-sifat Allah Yang Maha Kuasa. Kurasakan diriku mulai gemetar sedemikian rupa yang tak pernah kualami sebelumnya sehingga aku tak mampu lagi berdiri. Lalu tampak olehku visi yang luar biasa dimana keberadaanku sama sekali lenyap ( fana) dan aku tidak melihat apapun kecuali Wujud Tuhanku.

Lalu kulihat diriku keluar dari Hadirat Ilahiah-Nya yang tampak terpantul dari cermin Muhammadur RasuluLlah yang berbentuk sebuah bintang dalam samudra cahaya tanpa batas. Wujud luarku lenyap dan kusaksikan makna sesungguhnya dari la ilaha illaLlah Muhammadur Rasulullah. Kemudian kusaksikan makna sejati dari nama-nama Allah yang kemudian membawaku kepada Yang Maha Ghaib yang merupakan esensi dari nama Allah 'Huwa" (Dia). Begitu aku memasuki samudra ini jantungku berhenti berdetak dan hidupku berakhir. Aku berada dalam keadaan mati. Semua orang yang berada disekelilingku mulai menangis karena mengira aku sudah meninggal dunia. Akan tetapi setelah kitra-kira enam jam aku diperintahkan untuk kembali ke ragaku. Aku bisa menyaksikan ruhku kembali memasuki ragaku perlahan-lahan dan visi itu berakhir".

Maulana Syaikh Bahauddin Naqsyaband (ral) juga mengatakan kalau Beliau menerima rahasia-rahasia spiritual dari berbagai pihak dan khususnya dari Uways al-Qarani (ral) yang memberi pengaruh besar dalam hal meninggalkan keduniawian dan melekatkan diri Beliau kepada hal-hal spiritual ( ukhrowi). Beliau berkata "Aku melakukan ini dengan menjaga sunnah dan perintah-perintah Nabi Muhammad (sal) sampai aku mulai menyebarkan hikmah dan dikarunia rahasia-rahasia Ilahiah dari yang Maha Esa yang tidak pernah diberikan pada seorangpun sebelumku".

Ada kisah menarik lainnya yang dituturkan oleh Wali Agung Maulana Syaikh Bahauddin Naqsyaband (ral) mengenai kekuatan spiritual Beliau. Maulana Syaikh Bahauddin Naqsyaband (ral) berkata: Suatu hari aku pergi ke gurun bersama salah satu muridku yang tulus yang bernama Muhammad Zahid. Kami mulai menggali tanah dengan menggunakan sebuah beliung (alat untuk menggali) dan pada saat bersamaan juga sambil membicarakan secara mendalam tingkatan-tingkatan pengetahuan. Sambil terus mengayun beliung pembicaraan kami terus berlangsung dan semakin mendalam. Lalu tiba-tiba muridku bertanya "Sampai batas apakah pencapaian ibadah?". Kujawab "Peribadatan mencapai suatu tingkatan dimana kau mampu menunjuk pada seseorang dan berkata "Matilah" dan lalu orang itupun mati". Ketika aku sedang mengatakan itu tanpa sadar sambil telunjukku menunjuk pada Muhammad Zahid. Ketika kukatakan kata "Mati" terjadilah hal yang mengerikanku yaitu muridku jatuh dan meninggal dunia. Waktu terus berlalu dari pagi sampai tengah hari dan muridku masih dalam keadaan mati. Pada saat tengah hari terasa sangat panas dan jenasah muridku mulai semakin memburuk karena panas yang sangat. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan dan merasa takut serta kebingungan. Yang bisa kulakukan adalah membawa jenasahnya ketempat teduh dibawah pohon. Aku lalu duduk mulai berfikir dan merenung akan apa yang harus kulakukan dalam situasi ini. Tiba-tiba muncul Ilham dalam pikiranku dan aku berkata sambil menunjuk pada jenasah muridku "Wahai Muhammad Hiduplah!" tiga kali. Timbul rasa legaku ketika perlahan-lahan nyawanya kembali ke tubuhnya dan secara bertahap muridku kembali ke kesadarannya. Dengan bergegas aku menemui Syaikh ku dan menceritakan kejadian itu. Syaikh ku kemudian berkata "Wahai anakku, Allah Yang Maha Kuasa telah memberimu suatu rahasia yang tak pernah diberikannya kepada siapapun".

Dihari-hari akhir masa hidupnya Maulana Syaikh Bahauddin Naqsyaband (ral) lebih sering mengurung diri di kamarnya. Banyak orang yang datang mengunjungi Beliau. Semakin banyak orang yang berkunjung ketika sakit Beliau semakin parah. Saat ajal Beliau makin dekat, Beliau memerintahkan agar dibacakan Surah Yaasin. Selesai dibacakan Surah Yaasin Beliau mengangkat tangan sambil membaca Dua Kalimah Syahadat, yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad (sal) adalah Utusan Allah. Dengan Syahadat ruh suci Beliau kembali kepada Allah. Ketika itu tanggal 3 Rabiul Awwal, 791 H/1388 M, pada hari Senin malam. Sesuai permintaannya Beliau dimakamkan di taman miliknya. Mengenai kejadian ini seorang Wali Agung masa itu Abdul Wahab asy-Syarani berkata: Ketika Syaikh dimakamkan di makamnya terbukalah untuk Beliau sebuah jendela ke surga, sehingga makamnya menjadi sebuah taman surga. Dua mahluk spiritual berpenampilan memesona datang dan memberi salam kepada Beliau sambil berkata "Kami telah menanti sekian lama untuk melayani Anda sejak Allah menciptakan kami dan sekarang waktunya telah tiba bagi kami untuk melayani Anda", terhadap ucapan ini Maulana Syaikh Bahauddin Naqsyaband (ral) menjawab "Aku tidak butuh apapun selain Dia. Aku tidak butuh kamu, aku butuh Dia". Dengan cara seperti itu Beliau mangkat.

Itulah kisah kebesaran dari Pir atau Tiang dari Tarekat Naqsyabandi yang mulia. Tarekat ini sebelum jaman Beliau dikenal sebagai Tarekat Siddiqiyah. Setelah Maulana Syaikh Bahauddin Naqsyaband (ral), tarekat ini dikenal sebagai Tarekat Naqsyabandiyah.

Semoga Allah merahmati Maulana Syaikh Bahauddin Naqsyaband (ral).

Aaamiin.

sumber Mujahidin Kekasih Alloh